..:: Terima Kasih Atas Kunjungannya ::..

Rabu, 15 Februari 2012

Kehidupan Lain

Ketika kembali dari balikpapan karena libur akhir semester telah selesai.. tangga pnumpang dari kapal ferry yng z tumpamgi perlahan-lahan menurunkan tangganya. Para penumpang yang akan turun z lihat sudah bersiap-siap di depan pintu tangga, karena sudah di jemput oleh keluarga. suasana pelabuhan makassar penuh sesak seperti biasa.
Sementara itu, dari depan mlut tangga, saya lihat beberapa orang porter/buruh angkut berlomba lebih dulu masuk ke ferrry yg tangganya blum spenuhnya trun. Mereka berpacu dengan tangga, persis dengan kehidupan mereka yang terus berpacu dengan tekanan kehidupan kota makassar. Saat tangga telah
benar" sampaii, kesibukan penumpang yang turun dan porter yang berebut menawarkan jasa kian kental terasa. Sementara d luar sana saya lihat kesibukan kaum urban yang akan menggunakan kapal ferry jg. Mereka kebanyakan berdiri,karena fasilitas tempat duduk kurang memadai. Sebuah lagu lama d pelabuhan makassar yang selalu dan selalu diputar dengan setia.
Tiba-tiba terdengar suara anak kecil membuyarkan keasyikan saya mengamati perilaku orang-orang di makassar. Saya lihat seorang bocah berumur sekitar 10 tahun berdiri disamping saya. Kondisi fisiknya menggambarkan tekanan kehidupan yang berat baginya.

Kulitnya hitam dekil dengan baju kumal dan robek-robek disana-sini. Tubuhnya kurus kering tanda kurang gizi. “Ya?” Tanya saya kepada anak itu karena saya tadi konsentrasi saya melihat orang-orang di luar kpal. “Maaf, apakah air minum itu sudah tidak kk butuhkan lg ?” katanya dengan bhsa makassar n penuh sopan sambil jarinya menunjuk air minum di atas tempat makanan dan minum samping jendela. Pandangan saya segera mengikuti arah telunjuk si bocah. Oh, air minum dalam kemasan gelas dari katering kapal yang tidak saya minum. Saya bahkan sudah tidak peduli sama sekali dengan air itu. Semalam saya hanya minta air minum dalam kemasan gelas untuk jaga-jaga dan menolak nasi yang diberikan oleh pramugara. Perut saya sudah cukup terisi dengan mkan snack..
“Tidak. Mau ? Nih…” kata saya sambil memberikan air minum kemasan gelas kepada bocah itu. Diterimanya air itu dengan senyum simpul. Senyum yang tulus.
Beberapa menit kemudian, saya lihat dari balik jendela kapal, bocah tadi berjalan beririringan dengan 3 orang temannya. Masing-masing membawa tas kresek di tangannya. Ke empat anak itu kemudian duduk melingkar di lantai . Mereka duduk begitu saja. Mereka tidak repot-repot membersihkan lantai yang terlihat kotor. Masing- masing kemudian mengeluarkan isi tas kresek masing-masing.
Setelah saya perhatikan, rupanya isinya adalah “harta karun” yang mereka temukan di atas kapal. Saya lihat ada roti yang tinggal separoh, jeruk , juga separuh; sisa nasi catering kapal, dan air minum dalam kemasan gelas.
Selanjutnya dengan rukun mereka saling berbagi “harta karun” temuan mereka dari kereta. Saya lihat bocah paling besar menciumi nasi bekas catering kereta untuk memastikan apakah sudah basi atau belum. Tanpa menyentuh sisa makanan, kotak nasi itu kemudian disodorkan pada temannya. Oleh temannya, nasi sisa tersebut juga dibaui. Kemudian, dia tertawa dengan penuh gembira sambil mengangkat tinggi-tinggi sepotong paha ayam goreng. Saya lihat, paha ayam goreng itu sudah tidak utuh. Nampak jelas bekas gigitan seseorang.
Tapi si bocah tidak peduli, dengan lahap paha ayam itu dimakannya. Demikian juga makanan sisa lainnya. Mereka makan dengan penuh lahap. Sungguh, sebuah “pesta” yang luar biasa. Pesta kemudian diakhiri dengan berbagi air minum dalam kemasan gelas !
Menyaksikan itu semua, saya jadi tertegun. Saya lihat sendiri persis di depan mata, potret anak-anak kurang beruntung yang mencoba bertahan dari kerasnya kehidupan. Nampaknya hidup mereka adalah apa yang mereka peroleh hari itu. Hidup adalah hari ini. Besok adalah mimpi dan misteri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar